Selasa, 11 April 2017
Beberapa sumber informasi tentang awal masuknya agama Islam ke Nusantara antara lain sebagai berikut :
1. Abad ke -7 Masehi
Sumber sejarah yang menginformasikan Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi adalah sebagai berikut :
a. Berita Cina Zaman Dinasti Tang yang menerangkan bahwa pada tahun 674 M, orang-orang Arab telah menetap di Kanton. Groeneveldt
berpendapat bahwa pada waktu yang sama kelompok orang Arab yang
beragama Islam mendirikan perkampungan di pantai barat Sumatera.
Perkampungan tersebut namanya Barus/Fansur.
b. Pada waktu Sriwijaya
mengembangkan kekuasaan sekitar abad ke- 7 dan 8, para pedagang Muslim
telah ada yang singgah di kerajaan itu sehingga diduga beberapa orang di
Sumatera telah memasuki Islam.
c. Pada tahun 674 M, Raja Ta-Shih mengirim duta ke kerajaan Holing untuk membuktikan keadilan, kejujuran dan ketegaran Ratu Sima.
2. Abad ke -13 Masehi
Sumber sejarah yang menyatakan Agama Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M adalah sebagai berikut :
a. Catatan perjalanan Marcopollo
yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M
dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam.
b. Ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai Sultan Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297 M
c. Berita Ibnu Batutah
dari India. Dalam perjalanannya ke Cina, Ibnu Batutah singgah di
Samudra Pasai pada tahun 1345 M. Ia menceritakan bahwa Raja Samudra
Pasai giat menyebarkan Agama Islam.
3. Abad ke -15 Masehi
Sumber sejarah yang menyatakan Agama Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-15 M adalah sebagai berikut :
a. Catatan Ma-Huan
seorang Musafir Cina Islam, memberitakan bahwa pada abad ke-15 M
sebagian besar masyarakat Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk Islam.
b. Pemakaman muslim kuno di Troloyo dan Trowulan. Makam yang berangka tahun 1457 M membuktikan adanya bangsawan Majapahit yang sudah memeluk Agama Islam pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
c. Makam salah seorang Wali Songo di daerah Gresik. Pada batu nisannya tertulis nama Malik Ibrahim (Bangsa Persia) yang wafat pada tahun 1419 M.
d . Suma Oriental dari Tome Pires, catatan musafir
Portugal ini memberitakan mengenai penyebaran agama Islam. antara tahun
1512 M sampai tahun 1515 M di Sumatera, Kalimantan, Jawa sampai sampai
Kepulauan Maluku.Golongan Pembawa Islam di Nusantara
Adanya
interaksi antara pedagang dari penjuru dunia dengan intensitas yang
tinggi, memunculkan beragam teori mengenai siapakah sebenarnya yang
memperkenalkan Agama Islam kepada penduduk Nusantara. Proses masuk dan
berkembangnya agama Islam di Nusantara menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Menemukan sejarah, wacana pergerakan Islam di Indonesia, terdapat
tiga teori yang memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya
Islam ke Nusantara, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa
agama Islam ke Nusantara.
Adapun ketiga teori tersebut yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Nusantara antara lain sebagai berikut :
a. Islam datang dari Arab (teori Mekah)
b. Islam datang dari Gujarat (teori Gujarat)
c. Islam datang dari Persia (teori Persia) .
1. Islam datang dari Arab ( teori Mekah )
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Dasar teori ini adalah :
a. Pada
abad ke-7 yaitu tahun 674 M dipantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab) dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh mazhab Syafii terbesar pada waktu itu di Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja samudra Pasai menggunakan gelar Al-Maliki yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Mekah ini adalah Buya Hamka, Alwi Shihab, Ahmad Mansur Suryanegara, Fazlur Rahman, Crawford, Niemann, De Holander.
Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad ke-13 sudah
berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya Agama Islam ke Nusantara
terjadi sebelumnya yaitu abad ke-7 M dan yang berperan besar terhadap
proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
2. Islam datang dari Gujarat ( teori Gujarat )
Pendapat ini dikemukakakan oleh Soetjipto Wirjosoeparto dan Christian Snouck Hurgronje
dari Belanda. Ia berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara bukan dari
Arab. Melainkan dari Gujarat/India. Hubungan langsung antara Nusantara
dan Arab baru terjadi pada masa kemudian yaitu contohnya hubungan utusan
dari Mataram dan Banten ke Mekah pada pertengahan abad ke-7 M. Pendapat
tersebut didasarkan pula kepada unsur-unsur Islam di Nusantara yang
menunjukkan persamaannya dengan India. Menurut pendapat Prof. DR. Azyumardi Azra
(Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah), teori Gujarat yang
dipopulerkan oleh Snouck Hurgronje tidak benar. Dia mengatakan Islam
dibawa oleh pedagang yang datang dari Gujarat pada abad ke- 12 atau abad
ke-13. Padahal masa itu, Gujarat dikuasai oleh kerajaan Hindu yang
kerap mengusir kapal-kapal pedagang muslim yang disanggah.
3. Islam datang dari Persia (teori Persia)
Teori
ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara abad ke-13 M dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Teori ini mengungkapkan adanya
kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam
Nusantara dengan penduduk Persia. Misalnya peringatan hari Asyura (10 Muharam)
atas meninggalnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad, yang sangat
dijunjung oleh orang Syi’ah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan
tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan
di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro, penggunaan istilah
bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi
harakat. Baris atas disebut Jabar, bawah disebut Ajer, dan depan disebut Pes, sedang dalam bahasa Arab ejaan itu disebut Fathah, Kasrah dan Dhommah. Didalam tulisan Arab, Sin bergigi sedangkan dalam tulisan Persia tidak bergigi sementara itu, Oemar Amir Hoesin mengatakan bahwa di Persia terdapat suku bangsa ”Leren”.
Beliau inilah yang dahulu datang ke tanah Jawa sebab di Giri terdapat
Kampung Leran, dan nisan Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.
Pendukung
teori Persia adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat, Haji Muhammad Said,
J.C. Van Leur, M. Dahlan Mansur dan Haji Abu Bakar Aceh.
Proses penyebaran Islam di Nusantara
Proses
persebaran pengaruh Islam di Nusantara berjalan dengan lancar. Hal itu
terbukti dari wilayah persebaran yang luas, mencakup hampir seluruh
kepulauan Nusantara.
Penyebabnya antara lain sebagai tersebut :
1. Agama
Islam yang menyebar di Nusantara disesuaikan dengan adat dan tradisi
bangsa Indonesia dan dalam penyebarannya dilakukan dengan damai tanpa
kekerasan.
2. Agama Islam tidak mengenal sistem kasta dan menganggap semua manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT.
3. Upacara-upacara dalam Agama Islam sangat sederhana bila dibandingkan dengan Agama lainnyaa.
4. Faktor
politik ikut memperlancar penyebaran Agama Islam di Nusantara, yaitu
keruntuhan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sebagai kerajaan Budha dan
Hindu di Nusantara.
5. Syarat-syarat
masuk agama Islam sangat mudah.Seseorang telah dianggap telah masuk
Islam bila ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat
Dari faktor penyebab tersebut diatas agama Islam dapat diterima oleh bangsa Indonesia tidak terlepas dari :
1. Peranan para pedagang.
2. Peranan para ulama/Wali
1. Peranan Pedagang
Awal
penyebaran Agama Islam di Nusantara tidak lepas dari peran para
pedagang. Para pedagang yang berdatangan di Nusantara berperan sebagai
pedagang dan ulama (orang yang memahami ajaran Islam) Oleh karena itu,
selain menjalankan profesi berdagang mereka juga menyebarkan Agama
Islam. Mereka amat giat memperkenalkan nilai-nilai Islam ke seluruh
penduduk. Para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia yang datang ke
Nusantara berupaya mencari simpati dari masyarakat setempat. Melalui
hubungan yang saling terbuka diantara raja, bangsawan, pedagang dan
masyarakat setempat maka terjadilah perubahan sosial baik secara
vertikal maupun horizontal.
Perubahan
sosial secara vertikal ditandai dengan banyaknya pedagang Islam yang
memperoleh keuntungan dari kegiatan dagangnya. Para pedagang tersebut
memiliki kekayaan yang cukup banyak sehingga mampu meningkatkan status
sosialnya. Menurut perjalanan Tome Pires yang
mengunjungi pelabuhan Tuban dan Gresik pada tahun 1514 terdapat pedagang
Islam yang kaya dan penguasa-penguasa di pelabuhan. Oleh karena itu
para pedagang di pelabuhan Tuban dan Gresik memiliki otonomi yang kuat
dan disegani oleh penguasa Majapahit. Islam dan dagang merupakan dua hal yang tidak dipisahkan pada zaman ramainya perdagangan di perairan Nusantara a
bad ke-12 – ke-17.
bad ke-12 – ke-17.
2. Peranan Ulama/Wali
Selain para pedagang peran ulama dan Wali sangat besar dalam percepatan
proses penyebaran Islam. Mereka menyebarkan agama Islam melalui
langgar, surau/madrasah. Madrasah yang tersohor pada waktu itu seperti
di Ampel, Giri, Tuban, Kudus dan Demak. Para ulama yang sangat berjasa
dalam penyebaran agama Islam di Jawa adalah Wali Sanga atau Wali Sembilan. Wali adalah seorang Islam yang tinggi budi pekertinya dan tinggi dalam ilmu agamanya.Wali
adalah sebutan bukan nama. Disamping mempunyai peranan yang sangat
besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Wali Sanga juga berperan
sebagai penasihat raja dan pendukung raja-raja Islam yang berkuasa,
bahkan ada yang menjadi raja, seperti Sunan Gunung Jati.
Adapun nama-nama Wali Sanga berikut perjuangannya dalam penyebaran
agama Islam di berbagai daerah adalah sebagai berikut; Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Drajad, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan
Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.
Penyebaran agama Islam di Jawa selain dilakukan oleh Wali Sanga juga dilakukan oleh para ulama, seperti Syekh Siti Jenar (Demak), Sunan Tembayat (Klaten), Syekh Yusuf (Banten), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Panggung (Tegal), dan Syekh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Syekh Burhanuddin (Minangkabau), Syekh Abdurrauf Al Fanhury ( Aceh ).
Islam selain berkembang pesat di Pulau Jawa juga berkembang di pulau
lainnya di Indonesia. Dakwah Islam itu juga dilakukan oleh beberapa
ulama besar, seperti; Datori Bandang (Gowa, Makassar), Dato Sulaiman (Sulawesi Tengah dan Utara), Tuan Tunggang ri Parangan (Kalimantan Timur) dan Penghulu Demak (Banjarmasin dan Kalimantan Selatan).
Adapun cara-cara penyebaran agama Islam di Nusantara dengan media berikut:
Perdagangan
Dalam
hal ini penyebaran ajaran agama islam dilakukan oleh pedagang Islam
kepada pedagang-pedagang lain. Pada waktu berdagang saudagar-saudagar
dari Gujarat, Persia dan Arab berhubungan atau bergaul dengan penduduk
setempat (Indonesia). Mereka berhasil mmpengaruhi penduduk setempat
hingga tertarik untuk mengant agama Islam.
Perkawinan
Seorang
penganut Islam menikah dengan sorang penganut agama lai, sehingga
pasangannya masuk Islam. Contoh : pedagang Islam dari Gujarat, Persia
dan Arab menetap di Indonesia dan menikahi wanita Indonesia. Di antara
wanita yang mereka nikahi adalah putri raja dan bangsawan. Berkat
perkawinan it, agama Islam menjadi cepat berkembang. Keturunan-keturunan
mereka pasti memeluk agama Islam. Sesudah raja-rajanya memeluk Islam,
suda tentu rakyatnya dengan dapat terpengaruh, sehingga mereka memeluk
agama Islam.
Pendidikan
Pendidikan
agama Islam dilakukan melalui lembaga pesantren (pondok pesantren),
perguruan khusus agama Islam. Penybaran agama Islam melalui pondok
pesantren berarti penyebaran melalui perguruan Islam. Perguruan ini
mendidik para santri dari berbagai daerah , stelah tamat mereka
mendirikan lembaga atau pondok pesantren didaerah asal mereka. Dengan
demikian, agama Islam berkembang dan menyebar keseluruh Indonesia.
Sebelum
menjadi lembaga pendidikan resmi pada tahun 1800-an, pesantren berawal
dari kegiatan guru agama di masjid atau istana, yang mngajarkan tasawuf
di pertapaan atau dekat makam keramat, pada abad XVI dan XVII, sebuah
sumber sejarah tradisional yaitu Srat Centhini menyebutkan bahwa cikal
bakal pesantren terdapat di Karang, Banten. Pesantren Karang ini berdiri
sekitar tahu 1520-an.
Dakwah (mubalig)
Penyebaran agama Islam juga banyak dilakukan oleh para guru dakwah (mubalig). Contoh : penyebaran agama islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali, yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Sanga atau Wali Songo.
Alkulturasi dan Asimilasi Kebudayaan
Untuk
mempermudah dan mempercepat perkembangan agama Islam, peyebaran agama
Islam juga dilakukan melalui penggabungan dengan unsure-unsur kebudayaan
yang ada pada suatu daerah tertentu. Misalnya penggunaan doa-doa islam
dalam upacara adat, sperti kelahiran, selapanan (peringatan bayi berusia
35 hari), perkawinan, seni wayang kulit, beberapa bangunan, ragam hias
dan kesusastraan.
Peninggalan Sejarah Bercorak Islam di Nusantara
Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara meninggalkan warisan sejarah yang
sangat berharga. Peninggalan tersebut merupakan hasil dari proses
belajar masyarakat Islam Nusantara pada masa kejayaannya, baik hasil
perpaduan antara kebudayaan asing dan kebudayaan setempat maupun yang
digali dari masyarakat Nusantara sendiri.
Peninggalan-peninggalan yang bercorak Islam tersebut antara lain sebagai berikut :
- Masjid
- Keraton
- Batu Nisan
- Kaligrafi
- Seni Sastra
- Seni pertunjukan
Masjid
Dalam bidang arsitektur atau seni bangun, peninggalan yang sangat
berharga, yaitu arsitektur bangunan masjid yang merupakan perpaduan
antara seni bangun dari berbagai kawasan dunia Islam dan kebudayaan
setempat. Contoh bangunan Masjid Agung Cirebon, Masjid Agung Banten dan
Menara Kudus yang mengadopsi kebudayaan setempat. Contoh lainnya, bentuk
bangunan gerbang Masjid Sumenep yang mengadopsi gaya Portugis. Adapun
gaya India dan Eropa tampak pada arsitektur Masjid Penyengat dan Masjid
Baiturrahman.
Ciri khas dari bangunan masjid kuno di nusantara adalah sebagai berikut :
- Disekitar masjid (kecuali bagian barat) biasanya terdapat tanah lapang (alun-alun).
- Letak masjid tepat ditengah-tengah kota atau dekat dengan istana.
- Dikiri kanan masjid terdapat menara sebagai tempat menyerukan panggilan shalat.
- Didalam masjid terdapat barisan tiang yangmengelilingi tiang induk yang disebut soko guru.
- Atap masjid awalnya beratap tumpeng
- Halaman masjid dikelilingi pagar tembok dengan satu atau dua pintu gerbang.
- Mesjid mempunyai denah bujur sangkar.
Keraton
Keraton adalah tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting yang
menyangkut urusan kerajaan. Di keraton, Sultan beserta keluarganya
tinggal. Keraton dibangun sebagai lambang pusat kekuasaan pemerintahan.
Keraton Islam di Nusatara memiliki ciri-ciri khusus, antara lain:
- Di depan keraton biasanya terdapat lapangan luas yang disebut alun-alun.
- Bangunan utama keraton dikelilingi pagar tembok, parit atau sungai kecil buatan.
Batu Nisan
Batu
nisan adalah bangunan terbuat dari batu yang berdiri di atas makam.
Nisan berfungsi sebagai tanda adanya suatu makam seseorang yang sudah
meninggal. Bentuk nisan juga bermacam-macam. Nisan-nisan yang bercorak Islam biasanya dihiasi dengan tulisan Arab dalam bentuk kaligrafi.
Kaligrafi
Kaligrafi
adalah seni menulis indah dengan merangkai huruf-huruf Arab atau
ayat-ayat suci al-Qur’an sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Biasanya
yang menjadi objek seni kaligrafi adalah tokoh manusia, tumbuhan atau
binatang.
Contoh kaligrafi antara lain sebagai berikut :
a. Kaligrafi pada batu nisan.
b. Kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon.
c. Kaligrafi bentuk hiasan.
Seni Sastra
Peninggalan karya sastra bercorak Islam di Nusantara dapat dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu :
- Hikayat
- Babad
- Syair
- Suluk
Seni pertunjukkan
Peninggalan sejarah yang bercorak Islam dalam bentuk seni pertunjukkan adalah :
- Permaianan Debus : permainan ini merupakan satu jenis tarian yang agak mengerikan, dimana pada puncak acara penari memasukan benda tajam ke badannya, tetapi tidak tembus. Tarian ini diawali dengan nyanyian atau pembacaan ayat-ayat tertentu dalam al-Qur’an atau Salawat Nabi.
- Seudati : jenis tarian ini terdapat di Aceh. Seudati berasal dari kata syaidati, yang artinya permainan orang-orang besar. Seudati sering disebut saman (delapan), karena permainan itu mula-mula dilakukan oleh delapan pemain. Dalam seudati, para penari menyanyikan lagu tertentu yang isinnya berupa Salawat Nabi.
Teori Masuknya Islam ke
Indonesia
Secara geografis, Indonesia terletak di kawasan yang sangat strategis
dalam saluran perdagangan masa silam. Hal ini menyebabkan Islam dengan
mudah masuk ke wilayah Indonesia. Lantas, kapan Islam pertama kali
datang ke Indonesia. Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke
Indonesia. Teori tersebut antara lain teori Gujarat, teori Persia, dan
teori Arab. Berikut ini pemaparan dari masing-masing teori masuknya
Islam ke Indonesia tersebut.
Teori Masuknya Islam Ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori gujarat adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama kali
dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Dalam teori ini
disebutkan bahwa Islam di Indonesia sebetulnya berasal dari Gujarat,
India dan mulai masuk sejak abad ke 8 Masehi. Islam masuk ke Indonesia
melalui wilayah-wilayah di anak benua India, seperti Gujarat, Bengali,
dan Malabar. Seperti diketahui bahwa Bangsa Indonesia pada masa itu
memang telah menjalin hubungan dagang dengan India melalui saluran
Indonesia-Cambay.[BACA : Sejarah Masuknya Islam di Indonesia]
Berdasarkan teori ini, masuknya Islam ke Indonesia ini diyakini berasal
dari Gujarat karena didasarkan pada adanya bukti berupa batu nisan
Sultan Samudera Pasai Malik as-Saleh berangka tahun 1297 yang bercorak
Gujarat. Selain itu, teori gujarat juga didasarkan pada corak ajaran
Islam yang cenderung memiliki warna tasawuf. Ajaran ini dipraktikan oleh
orang muslim di India Selatan, mirip dengan ajaran Islam di Indonesia
pada awal berkembangnya Islam.
2. Teori Persia
Teori persia adalat teori masuknya Islam ke Indonesia yang dikemukakan
oleh Hoessein Djajadiningrat. Dalam teori ini dikemukakan bahwa Islam
yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran).
Islam diyakini dibawa oleh para perdagang Persia mulai pada abad ke 12.
Teori persia berlandaskan pada bukti maraknya paham Syiah pada awal
masuknya Islam ke Indonesia. Selain itu, ada kesamaan tradisi budaya
Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia. Peringatan 10 Muharam
atau hari Asyura di Iran dengan upacara Tabuik atau Tabut di Sumatera
Barat dan Jambi sebagai lamang mengarak jasad Husein bin Ali bin Abi
Thalib yang terbunuh dalam peristiwa Karbala menjadi salah satu
contohnya. Bahkan kuatnya tradisi Syiah masih terasa hingga saat ini.
[BACA : Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia]
Adanya suku Leran dan Jawi di Persia menunjukan bukti bahwa orang-orang
Persia yang membawa Islam ke Indonesia. Suku ini disinyalir merujuk pada
orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa. Selain itu, dalam suku
Jawa dikenal dengan tradisi penulisan Arab Jawa atau Arab Pegon
sebagaimana diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini
diperkuat dengan istilah Jer yang lazim digunakan masyarakat Persia.
Teori Masuknya Islam Ke Indonesia
3. Teori Arab atau Teori Mekah
Berdasarkan teori Arab, masuknya Islam ke Indonesia diyakini berasal
dari Arab, yaitu Mekkah dan Madinah pada abad perama Hijriah atau abad
ke 7 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada adanya bukti perkampungan
Islam di Pantai Barus, Sumatera Barat, yang dikenal sebagai Bandar
Khalifah. Wilayah ini disebut dengan wilayah Ta-Shih. Ta-Shih adalah
sebutan orang-orang China untuk orang Arab. Bukti ini terdapat dalam
dokumen dari Cina yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang mengutip catatan
seorang ahli geografi, Chou Ku-Fei. Dia mengatakan adanya pelayaran dari
wilayah Ta-Shih yang berjarak 5 hari perjalanan ke Jawa.
Dalam dokumen China keberadaan komunitas muslim Arab di Pantai Barus
tercatat sekitar tahun 625 Masehi. Menilik tahun tersebut, berarti hanya
sembilan tahun dari rentang waktu ketika Rasululloh menetapkan dakwah
Islam secara terbuka kepada penduduk Mekkah. Beberapa sahabat telah
berlayar dan membentuk perkampungan Islam di Sumatera. Pelayaran ini
sangat mungkin terjadi mengingay adanya perintah Rasululloh agar kaum
muslimin menuntut ilmu ke negeri Cina. Hal ini berarti Islam masuk ke
Indonesia saat Rosululloh masih hidup.
Bukti arkeologis juga ditemukan di Barus, berupa sebuah makam kuno di
kompleks pemakaman Mahligai, Barus. Pada salah satu batu nisannya
tertulis nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 M. Para
arkeolog dari Ecole Francaise D’extreme-Orient Prancis dan Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional menyatakan bahwa sekitar abad 9 sampai 12
Masehi, Barus menjadi sebuah perkampungan dari berbagai suku bangsa
seperti Arab, Aceh, India, Cina, Tamil, Jawa, Bugis, dan Bengkulu. [BACA
: Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia]
Bukti lain yang mendukung teori masuknya Islam ke Indonesia adalah
munculnya kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak
yang diteruskan oleh Kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai
adalah kerajaan bercorak paham Syafi’i yang kala itu dianut banyak
penduduk Mesir dan Mekah.
Demikianlah beberapa teori masuknya Islam ke Indonesia seperti yang
diutarakan oleh beberapa ahli. Ketahui pula bagaimana proses masuknya
Islam ke Indonesia melalui beberapa saluran pada artikel selanjutnya.
Semoga bermanfaat.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/11/3-teori-masuknya-islam-ke-indonesia-dan.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/11/3-teori-masuknya-islam-ke-indonesia-dan.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Teori Masuknya Islam ke
Indonesia
Secara geografis, Indonesia terletak di kawasan yang sangat strategis
dalam saluran perdagangan masa silam. Hal ini menyebabkan Islam dengan
mudah masuk ke wilayah Indonesia. Lantas, kapan Islam pertama kali
datang ke Indonesia. Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke
Indonesia. Teori tersebut antara lain teori Gujarat, teori Persia, dan
teori Arab. Berikut ini pemaparan dari masing-masing teori masuknya
Islam ke Indonesia tersebut.
Teori Masuknya Islam Ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori gujarat adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama kali
dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Dalam teori ini
disebutkan bahwa Islam di Indonesia sebetulnya berasal dari Gujarat,
India dan mulai masuk sejak abad ke 8 Masehi. Islam masuk ke Indonesia
melalui wilayah-wilayah di anak benua India, seperti Gujarat, Bengali,
dan Malabar. Seperti diketahui bahwa Bangsa Indonesia pada masa itu
memang telah menjalin hubungan dagang dengan India melalui saluran
Indonesia-Cambay.[BACA : Sejarah Masuknya Islam di Indonesia]
Berdasarkan teori ini, masuknya Islam ke Indonesia ini diyakini berasal
dari Gujarat karena didasarkan pada adanya bukti berupa batu nisan
Sultan Samudera Pasai Malik as-Saleh berangka tahun 1297 yang bercorak
Gujarat. Selain itu, teori gujarat juga didasarkan pada corak ajaran
Islam yang cenderung memiliki warna tasawuf. Ajaran ini dipraktikan oleh
orang muslim di India Selatan, mirip dengan ajaran Islam di Indonesia
pada awal berkembangnya Islam.
2. Teori Persia
Teori persia adalat teori masuknya Islam ke Indonesia yang dikemukakan
oleh Hoessein Djajadiningrat. Dalam teori ini dikemukakan bahwa Islam
yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran).
Islam diyakini dibawa oleh para perdagang Persia mulai pada abad ke 12.
Teori persia berlandaskan pada bukti maraknya paham Syiah pada awal
masuknya Islam ke Indonesia. Selain itu, ada kesamaan tradisi budaya
Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia. Peringatan 10 Muharam
atau hari Asyura di Iran dengan upacara Tabuik atau Tabut di Sumatera
Barat dan Jambi sebagai lamang mengarak jasad Husein bin Ali bin Abi
Thalib yang terbunuh dalam peristiwa Karbala menjadi salah satu
contohnya. Bahkan kuatnya tradisi Syiah masih terasa hingga saat ini.
[BACA : Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia]
Adanya suku Leran dan Jawi di Persia menunjukan bukti bahwa orang-orang
Persia yang membawa Islam ke Indonesia. Suku ini disinyalir merujuk pada
orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa. Selain itu, dalam suku
Jawa dikenal dengan tradisi penulisan Arab Jawa atau Arab Pegon
sebagaimana diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini
diperkuat dengan istilah Jer yang lazim digunakan masyarakat Persia.
Teori Masuknya Islam Ke Indonesia
3. Teori Arab atau Teori Mekah
Berdasarkan teori Arab, masuknya Islam ke Indonesia diyakini berasal
dari Arab, yaitu Mekkah dan Madinah pada abad perama Hijriah atau abad
ke 7 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada adanya bukti perkampungan
Islam di Pantai Barus, Sumatera Barat, yang dikenal sebagai Bandar
Khalifah. Wilayah ini disebut dengan wilayah Ta-Shih. Ta-Shih adalah
sebutan orang-orang China untuk orang Arab. Bukti ini terdapat dalam
dokumen dari Cina yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang mengutip catatan
seorang ahli geografi, Chou Ku-Fei. Dia mengatakan adanya pelayaran dari
wilayah Ta-Shih yang berjarak 5 hari perjalanan ke Jawa.
Dalam dokumen China keberadaan komunitas muslim Arab di Pantai Barus
tercatat sekitar tahun 625 Masehi. Menilik tahun tersebut, berarti hanya
sembilan tahun dari rentang waktu ketika Rasululloh menetapkan dakwah
Islam secara terbuka kepada penduduk Mekkah. Beberapa sahabat telah
berlayar dan membentuk perkampungan Islam di Sumatera. Pelayaran ini
sangat mungkin terjadi mengingay adanya perintah Rasululloh agar kaum
muslimin menuntut ilmu ke negeri Cina. Hal ini berarti Islam masuk ke
Indonesia saat Rosululloh masih hidup.
Bukti arkeologis juga ditemukan di Barus, berupa sebuah makam kuno di
kompleks pemakaman Mahligai, Barus. Pada salah satu batu nisannya
tertulis nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 M. Para
arkeolog dari Ecole Francaise D’extreme-Orient Prancis dan Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional menyatakan bahwa sekitar abad 9 sampai 12
Masehi, Barus menjadi sebuah perkampungan dari berbagai suku bangsa
seperti Arab, Aceh, India, Cina, Tamil, Jawa, Bugis, dan Bengkulu. [BACA
: Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia]
Bukti lain yang mendukung teori masuknya Islam ke Indonesia adalah
munculnya kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak
yang diteruskan oleh Kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai
adalah kerajaan bercorak paham Syafi’i yang kala itu dianut banyak
penduduk Mesir dan Mekah.
Demikianlah beberapa teori masuknya Islam ke Indonesia seperti yang
diutarakan oleh beberapa ahli. Ketahui pula bagaimana proses masuknya
Islam ke Indonesia melalui beberapa saluran pada artikel selanjutnya.
Semoga bermanfaat.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/11/3-teori-masuknya-islam-ke-indonesia-dan.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/11/3-teori-masuknya-islam-ke-indonesia-dan.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAwal Mula Islam Di Nusantara memang menjadi pembahasan yang sangat menarik, dan seiring dengan penemuan-penemuan yang dapat membuktikan awal mulanya masuk islam. akan tetapi ini bukan berarti persoalan ini dapat di selesaikan dengan mudah munkin beberapa tahun kedepan akan ada penemuan yang lain yang dapat memperkuat pendapatnya. oleh itu perlu diterapkannya suatu pendekatan dari pada arkeologis untuk menenukan dan membuktikannya.
BalasHapusBukti Awal Mula Masuknya Islam di Nusantara